Fahrudin Farmasi
Rabu, 25 November 2015
Selasa, 11 Maret 2014
KIMIA ANALISIS "KOMPLEKSOMETRI"
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perlakuan suatu sampel dalam ilmu kimia sangatlah beragam. Namun,
keberagaman itu tidak dikarenakan seenaknya mencampur zat-zat bahan kimia. Akan
tetapi, timbul sebagai akibat dari pemerian zat yang akan diuji. Tiap zat dalam
suatu senyawa pasti memiliki sifat tertentu apabila dicampurkan dengan senyawa
lain, dan juga apabila dilarutkan dalam suatu pelarut, misalnya air, eter,
gliserol, dan lain-lain. Pengidentifikasian suatu zat harus melalui suatu prosedur
kerja sebab adanya hasil reaksi (yang mungkin berbahaya) yang timbul saat dua
senyawa atau lebih direaksikan, misalnya dengan senyawa logam. Salah satu cara
untuk melakukan identifikasinya, khusus pada zat yang mengandung senyawa logam,
digunakan suatu teknik titrasi yang disebut titrasi kompleksometri atau reaksi
pembentukan kompleks.
Metode titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
seyawa kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang sering digunakan adalah
dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Dinatrium EDTA digunakan
sebagai titran. Dalam penetapan kadarnya digunakan beberapa indikator sepeti
hitam eriokrom, jingga xilenol, dan biru hidroksi naftol.
Manfaat dari percobaab titrasi kompleksometri adalh dapat menentukan
kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar
(sesuai standar) dan tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.
I.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi zat dalam suatu sampel
serta mampu menetapkan kadarnya dengan menggunakan prinsip reaksi pembentukan
kompleks.
I.3 Tujuan Percobaan
1.
Mengidentifikasi secara
kualitatif sampel dengan mereaksikan dengan reaksi spesifiknya.
2.
Menetapkan kadar sampel secara
kuantitatif menggunakan prinsip reaksi pembentukan kompleks (kompleksometri).
I.4 Prinsip Percobaan
Penetapan kadar zat magnesium sulfat, kalsium, aluminium, ZnO, dan
timbal dalam suatu sampel berdasarkan prinsip reaksi pembentukan kompleks
dengan menggunakan larutan baku dinatrium EDTA dengan indikator hitam eriokrom,
jingga xilenol, dan biru hidroksi naftol dengan memberikan perubahan warna dari
ungu ke biru, kuning sitrun ke merah dan dari merah ke biru jernih.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II. 1 Teori
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA
(garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat)
(Pujaatmaka, 2002).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleksyang banyak digunakan dalam titrasi kompleksomteri adalah
garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan
banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1, beberapa valensinya :
M++ + (H2Y)- (MY)- + 2H+
M3+ + (H2Y)- (MY)- + 2H+
M4+ + (H2Y)- (MY)- + 2H+
M adalah kation (logam) dan (H2Y)- adalah
garam dinatrium etilendiamina tetraasetat. Kestabilan dari senyawa kompleks yang
terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH larutan. Oleh karena itu, titrasi
dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu
diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida (Tim Penyusun, 2013).
Menurut Basset (1994), bahwa ada prosedur-prosedur yang paling
penting untuk titrasi ion-ion logam dengan EDTA, yaitu:
1.
Titrasi langsung. Larutan yang
mengandung ion logam yang akan ditetapkan, dibuferkan sampai ke pH yang
dikehendaki (misalnya sampai pH=10 dengan NH+ larutan-air NH2),
dan titrasi langsung dengan larutan EDTA standar. Mungkin adalh perlu untuk
mencehag pengendapan hidroksida logam itu dengan penambahan sedikit zat pengompleks
pembantu, seperti asam tartrat atau sitrat atau trietanolamina.
2.
Titrasi balik. Karena berbagai
alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung; mereka mungkin mengendap
dari dalam larutan dalam jangkauan pH yang perlu untui titrasi, atau mereka
mungkin membentuk komplek-kompleks inert atau indikator logam yang sesuai tidak
tersedia. Dalam hal-hal demikian, ditambahkan larutan EDTA standar berlebih,
larutan yang dihasilakn dibuferkan sampai ke pH yang dihendaki.
3.
Titrasi penggantian atau
titrasi substitusi. Titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang
tidak bereaksi (atau bereaksi dengan tak memuaskan) dengan indikator logam.
4.
Titrasi alkalimetri. Bila suatu
larutan EDTA, ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion-ion logam,
terbentuklah kompleks-kompleks disertai dengan pembebasan dua ekivalen ion
hidrogen.
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan
garam-garam logam. Etilendiamin tetraasetat (EDTA) merupakan titran yang sering
digunakan. EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam
kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Untuk deteksi titik akhir
titrasi digunakan indikator zat warna yang ditambahkan pada larutan logam pada
saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan
sejumlah kecil logam. Pada titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA)
maka komples indikator logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda.
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain
hitam eriokrom, mureksid, jingga pirokatenol, jingga xilenol, asam kalkon
karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gholib, 2007).
II.2 Uraian Bahan
1.
Magnesium sulfat (FI III hal.
354)
Nama Resmi : MAGNESII SULFAS
Nama lain : Magnesium sulfat; Garam inggris
RM / BM : MgSO4.7H2O / 246,47
Pemerian : Hablur tidak berwarna; tidak
berbau; rasa dingin,
asin dan pahit. Dalam udara kering dan panas
merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air;
agak sukar larut dalam
Etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Laksativum;
antikonvulsan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik.
2.
Natrium hidroksida (FI III hal.
412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran,
massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat
alkalis dan korosif. Segera menyerap karbon
dioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
dan etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik.
3.
Air Suling (FI III hal. 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak
berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik.
4.
Asam klorida (FI III hal. 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan; tidak berwarna;
berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan
bau
hilang.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat.
5.
Amonia (FI III hal. 86)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia
RM / BM : NH4OH / 35,05
Pemerian : Cairan jernih; tidak
berwarna; bau khas, menusuk
kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat; di tempat sejuk.
6.
Indikator Eriokrom (FI IV hal. 1154)
Nama lain : Eriokrom sianin R P
RM / BM : C23H15Na3O9S / 536,40
Pemerian : Serbuk merah coklat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; tidak
larut dalam etanol.
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
7.
Dinatrium Edetat (FI III hal. 669
dan FI IV hal 1150)
Nama lain : Dinatrium
etilendiaminatetrasetat dihidrat
RM / BM : C10H14N2Na2O8.2H2O / 372,24
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak
berbau; rasa agak asam
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air,
sukar larut dalam etanol
(95%) P
, praktis tidak larut dalam kloroform P
dan dalam eter.
Kegunaan : Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat.
II.3 Prosedur Kerja
1.
Analisis MgSO4
a.
Kualitatif
·
Identifikasi adanya Mg2+
1.
Larutan sampel ditambah NaOH,
akan terbentuk endapan putih Mg(OH)2.
2.
Larutan sampel ditambah
ammonium karbonat, akan terbentuk endapan putih magnesium karbonat basa.
3.
Larutan sampel ditambah NH4Cl,
NH4OH, dan dinatrium hidrogenfosfat, terjadi endapan putih.
4.
Larutan sampel ditambah NaOH
dan difenilkarbasida, saring, endapan dicuci dengan air panas maka akan terjadi
kompleks teradsorbsi warna ungu.
5.
Larutan sampel ditambah NH4Cl
kristal, aduk-aduk ditambah asam sitrat. Kemudian dipanaskan sampai larut, aduk
serta ditambah NH4OH pekat. Terjadi kristal berbentuk butiran
kemudian berubah menjadi seperti urat daun.
·
Identifikasi adanya SO42-
1.
Sampel ditambah argentum sitrat
tidak ada perubahan.
2.
Sampel ditambah BaCl2,
terjadi endapan putih, yang tidak larut dalam asam-asam di dalam aqua regia.
3.
Larutan sampel ditambah Pb(NO3)2.
b.
Kuantitatif
Timbang seksama lebih
kurang 250 mg sampel, larutkan dalam 100 ml air, tambahkan sedikit HCl 3N
hingga larutan jernih. Atur pH dengan penambahan NaOH 1 N menggunakan kertas
indikator pH, tambahkan 5 ml dapar amoniak dan 0,15 ml indikator hitam
eriokrom. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M sampai warna biru.
2.
Analisis ion Kalsium (Ca2+)
a.
Kualitatif
1.
Larutan sampel ditambah larutan
ammonium oksalat terjadi endapan putih.
2.
Larutan sampel ditambah larutan
asam klorida encer ditambah larutan Na2S terjadi endapan putih.
b.
Kuantitatif
Timbang saksama lebih
kurang 200mg sampel, masukkan ke dalam gelas piala 250ml, basahkan degan
beberapa ml air, tambahkan tetes demi tetes asam klorida 3N secukupnya hingga
larut sempurna. 50 ml natrium 1N dan indikator biru hidroksi naftol. Titrasi
dengan dinatrium edetat 0,05M sampai titik akhir warna biru.
3.
Analisis ion Aluminium (Al3+)
a.
Kualitatif
1.
Larutan sampel ditambah larutan
natrium sulfida, terjadi endapan putih.
2.
Larutan sampel ditambah larutan
amonium hidroksida pekat ditambah Na Alizarin sulfonat terjadi endapan merah.
3.
Pada larutan sampel tambahkan
larutan amonium klorida P dan amonia encer P, terbentuk ednapan gel putih yang
larut dalam asan klorida P.
4.
Larutkan 2,5g dalam air,
encerkan dengan air secukupnya hingga 50ml, kocok 10 ml dengan natrium
bikarbonat P berlebihan, saring. Pada 2 ml asam sitrat tambahkan 10 tetes
larutan jenuh asam tartrat P, biarkan selama beberrapa detik, terbentuk endapan
hablur putih.
5.
Sampel ditambah BaCl2
membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat atau HCl pekat.
b.
Kuantitatif
Lebih kurang 200mg sampel
yang ditimbang seksama, larutkan dalam 20 ml air. tambahkan 15 ml dinatrium
edetat 0,05M, panaskan diatas penangas air selama 10 menit, dinginkan,
tambahkan 2,5 gram heksamin. Titrasi dengan magnesium sulfat 0,05M menggunakan
indikatir 0,4ml jingga xilenol.
4.
Analisis ZnO
a.
Kualitatif
1.
Sampel dipanaskan kuat-kuat
terbentuk warna kuning, jika didinginkan warna akan hilang.
2.
Zat ditambah HCl 2N dinetralkan
akan menunjukkan reaksi zink positif.
3.
Zat ditambah H2S dan
Na Asetat akan terbentuk endapan putih, tidak larut dalam asam asetat tetapi
larut dalam HCl 3N.
4.
Zat ditambah amonium sulfida
akan terbentuk endapan putih.
5.
Zat ditambah kalium
heksasianoferat akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl 3N.
6.
Zat dipijarkan: sisa pijar
tambah H2SO4 pekat dan CuSO4 serta reagen zink
akan terbentuk endapan ungu.
7.
Pada sampel yang mengandung Zn2+
ditambah natrium sulfida terjadi endapan putih.
b.
Kuantitatif
Lebih kurang 350mg sampel
yang ditimbang seksama, larutka dalam asam klorida encer. Tambahkan larutan
dengan natrium hidroksida hingga tyerbentuk kabut yang mantap, tambahkan 5ml
dapar amonia. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M menggunakan indikator hitam
eriokrom hingga larutan biru.
5.
Analisis ion Timbal (Pb2+)
a.
Kualitatif
1.
Asam klorida, terjadi endapan
putih timbal klorida.
2.
Natrium hidroksida, akan
terjadi endapan putih timbal hidroksida yang larut dalam basa berlebih.
3.
Kalium kromat, akan terjadi
endapan kuning timbal kromat yang larut dalam asam nitrat encer.
4.
Asam sulfida, akan terjadi
endapan timbal hitam sulfida.
5.
Asam sulfat, akan terjadi
endapan putih timbal sulfat.
b.
Kuantitatif
Pipet 10ml larutan sampel,
tambahkan 2ml asam asetat P, tambahkan 5g heksamin P. titrasi dengan dinatrium
edetat 0,05M menggunakan indikator 0,2ml larutan jingga xilenol P hingga
larutan menjadi kuning terang pucat.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III. 1
Alat dan Bahan
A.
Alat
1.
Pipet tetes 7. Corong kaca
2.
Tabung reaksi 8. Erlenmeyer
3.
Rak tabung 9. Buret
4.
Hot plate 10.
Sikat tabung
5.
Penjepit tabung
6.
Neraca analitik
B.
Bahan
1.
Tissue
2.
Kertas saring
3.
Magnesium Sulfat
4.
Natrium hidroksida
5.
Air suling
6.
Asam klorida
7.
Kertas indikator
8.
Dapar Amonia
9.
Indikator Hitam Eriokrom
10. Dinatrium Edetat
III.2 Cara Kerja
1.
Analisis MgSO4
v Kualitatif
-
Dimasukkan
MgSO4 didalam tabung
reaksi
-
Ditambahkan NaOH
v Kuantitatif
-
Ditimbang
MgSO4 250 mg
-
Dimasukkan
100 ml aquadest
-
Ditambahkan
HCI 0,1 N
-
Dimasukkan 10
tetes NaOH
-
Diukur
menggunakan alat ph
-
Ditambahkan 5
ml dapar amonia
-
Ditambahkan
indikator hitam eriokrom 0,5 ml
-
Dititrasi
dengan menggunakan EDTA
2.
Analisis ZnO
v Kualitatif
-
Dimasukkan
serbuk ZnO kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan
larutan HCI 20 teteskedalam tabung reaksi
-
Dikocok
hingga larut
-
Dipanaskan
-
Diamati yang
terjadidimasukkan ZnO kedalam cawan petri
-
Dibakar
-
Diamati yang
terjadi
v Kuantitatif
-
Ditimbang ZnO
350 mg
-
Dimasukkan
HCI encer
-
Ditambahkan
NaOH 2 N
-
Ditambahkan 5
ml dapar amonia
-
Ditambahkan
indikator hitam eriokrom
-
Dititrasi
dengan EDTA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
A.
Kualitatif
NO.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Literatur
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
MgSO4 + NaoH
|
Endapan putih
|
ü
|
|
2
|
ZnO + HCI
|
Tidak terjadi endapan
kuning
|
|
ü
|
|
ZnO + dibakar
|
Tidak terjadi
apa - apa
|
|
ü
|
B.
Kuantitatif
1.
V.titran = 38 ml
BE =
60
N.titran =
0,1 N
Bobot sampel =
250 mg
% kadar =
?
% kadar =
=
=
= 0,912 %.
2.
V.titran = 48 ml
BE = 81,37
N.titran = 0,05 N
Bobot
sampel = 350 mg
%
kadar =
=
=
= 12,59 %
IV.2 Reaksi
a.
MgSO4 + 2NaOH Mg(OH)2 +
Na2SO4
(serbuk putih) (bening) (terjadi endapan putih)
b.
ZnO + HCI ZnCI + OH¯
(serbuk
putih) (bening) (tidak terjadi apa – apa)
IV. 2 Pembahasan
Titasi kompleksometri adalh titrasi
berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation degan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks adalah garam dinatrium
etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Kestabilan
dari senyawa kompleks yang tebentuk tergantung dari sifat kation dan ph
tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan
mengendapnya logam hidroksida. Penetapa TAT digunakan indikator logam, yaitu
nindikator yang dapat memntuk senyawa kompleks dengan ion logam ikatan kompleks
antara ninjdikator dan ion logam harus lebih loemah dari pada ikatan kompleks
antara larutan liter dan ion logam.
Pada percobaan kali
ini kami menggunakan erlenmeyer, statif dan klem, corong kaca, buret, tabung
reaksi, pipet tetes, neraca analitik, rak tabung, sikat tabung, tisue, kertas
saring, dan hotplate sebagai alat sedangkan NaOH, NH4CO3,
Mg(OH)2, MgO, NH4CI, NH4OH, C10H14N2O8,
C6H8O7, BaCI2, Pb(NO3)2,
H2O, HCI, NaHCO3, MgSO4, H2S, CH3COOH.
H2SO4, CuSO4.5H2O, K2CrO4,
HNO3, dan C6H15N sebagai bahan. Namun pada
praktikum kali ini kamu menggunakan bahan yaitu AgNO3 dan NaOH serta
ZnO dan HCI juga kertas saringdan amilum.
Pada perlakuan
analisis MgSO4 kami menggunakan bahan MgSO4 yang
ditambahkan dengan larutan NaOH sehingga terjadi endapan putih. Hal ini sama
seperti yang tertera pada literatur. Serta memiliki reaksi sebagai berikut.
MgSO4 +
NaOH Mg (OH)2 +
NaSO4
Untuk data
kuantitatifnya kami menggunakan MgSO4 yang ditimbang 250 mg kemudian
ditambahkan 100 ml aquades dan tambahkan 1 ml HCI 0,1 N dimasukkan 10 tetes
NaOH diukur phnya dengan menggunakan pengukur ph, tambahkan 5 ml dapar amonia
agar ph tetap pada yang diinginkan tambahkan indikator hitam kemudian dititrasi
menggunakan EDTA serta didapatkan hasil 0,912 % kadarnya.
Pada perlakuan ZnO
kami memasukkan serbuk ZnO kedalam tabung reaksi kemudian kami encerkan
menggunakan cairan HCI, setelah larut kami panaskan dan terjadi endapan putih.
Hal ini tidak seperti yang tertera pada literatur yakni endapan kuning. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan waktu kelarutan ZnO yang terlalu lama sehingga
campuran ZnO dan HCI telah terkontaminas dengan udara disekitarnya. Dan
mendapatkan reaksi.
ZnO + HCI ZnCI
+ OH-
Untuk
perlakuan selanjutnya serbuk ZnO
diletakkan diatas cawan petri kemudian dibakar, dan tak terjadi apa – apa pada
serbuk ZnO hal ini dikarenakan serbuk ZnO yang telah tebuka lama sehingga tidak
memenuhi standar percobaan untuk sampel. Untuk kuantitatif kami melakukan
perhitungan dengan meninmbang ZnO 150 mg yang kemudian dilarutkan dengan HCI
encer dan ditambahkan NaOH. Agar ph larutan ini tetap pada ph yang diinginkan
mmaka ditambahkan dapar amonia 5 ml kemudian ditambahkan indikator hitam
eriokrom dan dititrasi dengan EDTA serta mendapatkan hasil perhitungan persen
kadarnya yakni 12,59 %.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kestabilan dari
senyawa kompleks yang terbentuk teregantung dari sifat kation dan ph dari
larutan.
2.
Titrasi
kompleksometi mengunakan analisis :
v
Analisis MgSO4
Silkan endapan MgSO4 + NaOH menghasilkan
endapan putih, hal ini sama seperti yang tertera pada literatur, mendapatkan %
kadar 0,912 %.
v Analisis ZnO
ZnO + HCI terjadi endapan putih, setelah dipanaskan tidak
terjadi perubahan pada endapan. Hal ini tidak sama seperti yang tertera pada
literatur. Yang seharusnya terjadi adalah endapan kuning. ZnO di bakar tidak
terjadi apa – apa. Hal ini tidak seperti yang tertera pada literatur. Yang
seharusnya terjadi yakni zat ZnO terbakar, mendapatkan % kadarnya yakni 195,88
%.
V.2 Saran
Disarankan
kepada laboran agar alat dan bahan yang
ada di laboratorium agar dilengkapi. Hal ini bertujuan agar praktikan dapat
melakukan praktikum dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Gholib, Ibnu., dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Jogjakarta
Pujaatmaka, A. Handayana. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta
Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD. Palu
Langganan:
Postingan (Atom)