Selasa, 11 Maret 2014

KIMIA ANALISIS "KOMPLEKSOMETRI"


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Perlakuan suatu sampel dalam ilmu kimia sangatlah beragam. Namun, keberagaman itu tidak dikarenakan seenaknya mencampur zat-zat bahan kimia. Akan tetapi, timbul sebagai akibat dari pemerian zat yang akan diuji. Tiap zat dalam suatu senyawa pasti memiliki sifat tertentu apabila dicampurkan dengan senyawa lain, dan juga apabila dilarutkan dalam suatu pelarut, misalnya air, eter, gliserol, dan lain-lain. Pengidentifikasian suatu zat harus melalui suatu prosedur kerja sebab adanya hasil reaksi (yang mungkin berbahaya) yang timbul saat dua senyawa atau lebih direaksikan, misalnya dengan senyawa logam. Salah satu cara untuk melakukan identifikasinya, khusus pada zat yang mengandung senyawa logam, digunakan suatu teknik titrasi yang disebut titrasi kompleksometri atau reaksi pembentukan kompleks.
Metode titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan seyawa kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang sering digunakan adalah dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Dinatrium EDTA digunakan sebagai titran. Dalam penetapan kadarnya digunakan beberapa indikator sepeti hitam eriokrom, jingga xilenol, dan biru hidroksi naftol.
Manfaat dari percobaab titrasi kompleksometri adalh dapat menentukan kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.






I.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan kadarnya dengan menggunakan prinsip reaksi pembentukan kompleks.

I.3 Tujuan Percobaan
1.      Mengidentifikasi secara kualitatif sampel dengan mereaksikan dengan reaksi spesifiknya.
2.      Menetapkan kadar sampel secara kuantitatif menggunakan prinsip reaksi pembentukan kompleks (kompleksometri).

I.4 Prinsip Percobaan
Penetapan kadar zat magnesium sulfat, kalsium, aluminium, ZnO, dan timbal dalam suatu sampel berdasarkan prinsip reaksi pembentukan kompleks dengan menggunakan larutan baku dinatrium EDTA dengan indikator hitam eriokrom, jingga xilenol, dan biru hidroksi naftol dengan memberikan perubahan warna dari ungu ke biru, kuning sitrun ke merah dan dari merah ke biru jernih.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat)
 (Pujaatmaka, 2002).

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleksyang banyak digunakan dalam titrasi kompleksomteri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1, beberapa valensinya :
M++ + (H2Y)-           (MY)- + 2H+
M3+ + (H2Y)-           (MY)- + 2H+
M4+ + (H2Y)-           (MY)- + 2H+
M adalah kation (logam) dan (H2Y)- adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat. Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH larutan. Oleh karena itu, titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida (Tim Penyusun, 2013).

Menurut Basset (1994), bahwa ada prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam dengan EDTA, yaitu:
1.      Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan, dibuferkan sampai ke pH yang dikehendaki (misalnya sampai pH=10 dengan NH+ larutan-air NH2), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA standar. Mungkin adalh perlu untuk mencehag pengendapan hidroksida logam itu dengan penambahan sedikit zat pengompleks pembantu, seperti asam tartrat atau sitrat atau trietanolamina.
2.      Titrasi balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung; mereka mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangkauan pH yang perlu untui titrasi, atau mereka mungkin membentuk komplek-kompleks inert atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal demikian, ditambahkan larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilakn dibuferkan sampai ke pH yang dihendaki.
3.      Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (atau bereaksi dengan tak memuaskan) dengan indikator logam.
4.      Titrasi alkalimetri. Bila suatu larutan EDTA, ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah kompleks-kompleks disertai dengan pembebasan dua ekivalen ion hidrogen.

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam. Etilendiamin tetraasetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan. EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna yang ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka komples indikator logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain hitam eriokrom, mureksid, jingga pirokatenol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gholib, 2007).




II.2  Uraian Bahan
1.         Magnesium sulfat (FI III hal. 354)
Nama Resmi             : MAGNESII SULFAS
Nama lain                  : Magnesium sulfat; Garam inggris
RM / BM                  : MgSO4.7H2O / 246,47
Pemerian                   : Hablur tidak berwarna; tidak berbau; rasa dingin,
  asin dan pahit. Dalam udara kering dan panas
  merapuh.
Kelarutan                  : Larut dalam 1,5 bagian air; agak sukar larut dalam
                                                  Etanol (95%) P.
Kegunaan                  : Sebagai sampel
Khasiat                      : Laksativum; antikonvulsan.
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup baik.

2.         Natrium hidroksida (FI III hal. 412)
Nama Resmi             : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain                  : Natrium hidroksida
RM / BM                  : NaOH / 40,00
Pemerian                   : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
                                      kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan
                                      hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat
                                      alkalis dan korosif. Segera menyerap karbon
                                      dioksida.
Kelarutan                  : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Kegunaan                  : Sebagai pereaksi
Khasiat                      : Zat tambahan
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup baik.




3.         Air Suling (FI III hal. 96)
Nama Resmi             : AQUA DESTILLATA
Nama lain                  : Air suling
RM / BM                  : H2O / 18,02
Pemerian                   : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
                                      mempunyai rasa.
Kegunaan                  : Sebagai pelarut
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup baik.

4.         Asam klorida (FI III hal. 53)
Nama Resmi             : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain                  : Asam klorida
RM / BM                  : HCl / 36,46
Pemerian                   : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang.
  Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
  hilang.
Kegunaan                  : Sebagai pereaksi
Khasiat                      : Zat tambahan
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup rapat.

5.         Amonia (FI III hal. 86)
Nama Resmi             : AMMONIA
Nama lain                  : Amonia
RM / BM                  : NH4OH / 35,05
Pemerian                   : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, menusuk
                                      kuat.
Kelarutan                  : Mudah larut dalam air.
Kegunaan                  : Sebagai pereaksi
Khasiat                      : Zat tambahan
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk.

6.         Indikator Eriokrom (FI IV hal. 1154)
Nama lain                  : Eriokrom sianin R P
RM / BM                  : C23H15Na3O9S / 536,40
Pemerian                   : Serbuk merah coklat.
Kelarutan                  : Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Kegunaan                  : Sebagai indikator
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup baik.

7.         Dinatrium Edetat (FI III hal. 669 dan FI IV hal 1150)
Nama lain                  : Dinatrium etilendiaminatetrasetat dihidrat
RM / BM                  : C10H14N2Na2O8.2H2O / 372,24
Pemerian                   : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak asam
Kelarutan                  : Larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam etanol
                                                  (95%) P , praktis tidak larut dalam kloroform P
                                                  dan dalam eter.
Kegunaan                  : Sebagai titran
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup rapat.














II.3 Prosedur Kerja
1.      Analisis MgSO4
a.       Kualitatif
·  Identifikasi adanya Mg2+
1.      Larutan sampel ditambah NaOH, akan terbentuk endapan putih Mg(OH)2.
2.      Larutan sampel ditambah ammonium karbonat, akan terbentuk endapan putih magnesium karbonat basa.
3.      Larutan sampel ditambah NH4Cl, NH4OH, dan dinatrium hidrogenfosfat, terjadi endapan putih.
4.      Larutan sampel ditambah NaOH dan difenilkarbasida, saring, endapan dicuci dengan air panas maka akan terjadi kompleks teradsorbsi warna ungu.
5.      Larutan sampel ditambah NH4Cl kristal, aduk-aduk ditambah asam sitrat. Kemudian dipanaskan sampai larut, aduk serta ditambah NH4OH pekat. Terjadi kristal berbentuk butiran kemudian berubah menjadi seperti urat daun.
·  Identifikasi adanya SO42-
1.      Sampel ditambah argentum sitrat tidak ada perubahan.
2.      Sampel ditambah BaCl2, terjadi endapan putih, yang tidak larut dalam asam-asam di dalam aqua regia.
3.      Larutan sampel ditambah Pb(NO3)2.

b.      Kuantitatif
Timbang seksama lebih kurang 250 mg sampel, larutkan dalam 100 ml air, tambahkan sedikit HCl 3N hingga larutan jernih. Atur pH dengan penambahan NaOH 1 N menggunakan kertas indikator pH, tambahkan 5 ml dapar amoniak dan 0,15 ml indikator hitam eriokrom. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M sampai warna biru.

2.      Analisis ion Kalsium (Ca2+)
a.       Kualitatif
1.      Larutan sampel ditambah larutan ammonium oksalat terjadi endapan putih.
2.      Larutan sampel ditambah larutan asam klorida encer ditambah larutan Na2S terjadi endapan putih.

b.      Kuantitatif
Timbang saksama lebih kurang 200mg sampel, masukkan ke dalam gelas piala 250ml, basahkan degan beberapa ml air, tambahkan tetes demi tetes asam klorida 3N secukupnya hingga larut sempurna. 50 ml natrium 1N dan indikator biru hidroksi naftol. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M sampai titik akhir warna biru.

3.      Analisis ion Aluminium (Al3+)
a.       Kualitatif
1.      Larutan sampel ditambah larutan natrium sulfida, terjadi endapan putih.
2.      Larutan sampel ditambah larutan amonium hidroksida pekat ditambah Na Alizarin sulfonat terjadi endapan merah.
3.      Pada larutan sampel tambahkan larutan amonium klorida P dan amonia encer P, terbentuk ednapan gel putih yang larut dalam asan klorida P.
4.      Larutkan 2,5g dalam air, encerkan dengan air secukupnya hingga 50ml, kocok 10 ml dengan natrium bikarbonat P berlebihan, saring. Pada 2 ml asam sitrat tambahkan 10 tetes larutan jenuh asam tartrat P, biarkan selama beberrapa detik, terbentuk endapan hablur putih.
5.      Sampel ditambah BaCl2 membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat atau HCl pekat.
b.      Kuantitatif
Lebih kurang 200mg sampel yang ditimbang seksama, larutkan dalam 20 ml air. tambahkan 15 ml dinatrium edetat 0,05M, panaskan diatas penangas air selama 10 menit, dinginkan, tambahkan 2,5 gram heksamin. Titrasi dengan magnesium sulfat 0,05M menggunakan indikatir 0,4ml jingga xilenol.

4.      Analisis ZnO
a.       Kualitatif
1.      Sampel dipanaskan kuat-kuat terbentuk warna kuning, jika didinginkan warna akan hilang.
2.      Zat ditambah HCl 2N dinetralkan akan menunjukkan reaksi zink positif.
3.      Zat ditambah H2S dan Na Asetat akan terbentuk endapan putih, tidak larut dalam asam asetat tetapi larut dalam HCl 3N.
4.      Zat ditambah amonium sulfida akan terbentuk endapan putih.
5.      Zat ditambah kalium heksasianoferat akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl 3N.
6.      Zat dipijarkan: sisa pijar tambah H2SO4 pekat dan CuSO4 serta reagen zink akan terbentuk endapan ungu.
7.      Pada sampel yang mengandung Zn2+ ditambah natrium sulfida terjadi endapan putih.

b.      Kuantitatif
Lebih kurang 350mg sampel yang ditimbang seksama, larutka dalam asam klorida encer. Tambahkan larutan dengan natrium hidroksida hingga tyerbentuk kabut yang mantap, tambahkan 5ml dapar amonia. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M menggunakan indikator hitam eriokrom hingga larutan biru.


5.      Analisis ion Timbal (Pb2+)
a.       Kualitatif
1.      Asam klorida, terjadi endapan putih timbal klorida.
2.      Natrium hidroksida, akan terjadi endapan putih timbal hidroksida yang larut dalam basa berlebih.
3.      Kalium kromat, akan terjadi endapan kuning timbal kromat yang larut dalam asam nitrat encer.
4.      Asam sulfida, akan terjadi endapan timbal hitam sulfida.
5.      Asam sulfat, akan terjadi endapan putih timbal sulfat.

b.      Kuantitatif
Pipet 10ml larutan sampel, tambahkan 2ml asam asetat P, tambahkan 5g heksamin P. titrasi dengan dinatrium edetat 0,05M menggunakan indikator 0,2ml larutan jingga xilenol P hingga larutan menjadi kuning terang pucat.
















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III. 1 Alat dan Bahan
A.    Alat
1.      Pipet tetes                                   7.  Corong kaca
2.      Tabung reaksi                              8.  Erlenmeyer
3.      Rak tabung                                 9.  Buret
4.      Hot plate                                     10. Sikat tabung
5.      Penjepit tabung
6.      Neraca analitik

B.     Bahan
1.      Tissue
2.      Kertas saring
3.      Magnesium Sulfat
4.      Natrium hidroksida
5.      Air suling
6.      Asam klorida
7.      Kertas indikator
8.      Dapar Amonia
9.      Indikator Hitam Eriokrom
10.  Dinatrium Edetat







III.2  Cara Kerja
1.        Analisis MgSO4
v  Kualitatif
-          Dimasukkan MgSO4 didalam tabung reaksi
-          Ditambahkan NaOH
v  Kuantitatif
-          Ditimbang MgSO4 250 mg
-            Dimasukkan 100 ml aquadest
-            Ditambahkan HCI 0,1 N
-            Dimasukkan 10 tetes NaOH
-            Diukur menggunakan alat ph
-            Ditambahkan 5 ml dapar amonia
-            Ditambahkan indikator hitam eriokrom 0,5 ml
-            Dititrasi dengan menggunakan EDTA

2.        Analisis ZnO
v  Kualitatif
-          Dimasukkan serbuk ZnO kedalam tabung reaksi
-          Ditambahkan larutan HCI 20 teteskedalam tabung reaksi
-          Dikocok hingga larut
-          Dipanaskan
-          Diamati yang terjadidimasukkan ZnO kedalam cawan petri
-          Dibakar
-          Diamati yang terjadi
v  Kuantitatif
-          Ditimbang ZnO 350 mg
-          Dimasukkan HCI encer
-          Ditambahkan NaOH 2 N
-          Ditambahkan 5 ml dapar amonia
-          Ditambahkan indikator hitam eriokrom
-          Dititrasi dengan EDTA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengamatan
A.      Kualitatif
NO.
Perlakuan
Pengamatan
Literatur
Ya
Tidak
1.

MgSO4  + NaoH

Endapan putih

ü   

2
ZnO + HCI
Tidak terjadi endapan kuning

ü   

ZnO + dibakar
Tidak terjadi apa - apa

ü   

B.       Kuantitatif
1.      V.titran               = 38 ml
BE                      = 60
N.titran               = 0,1 N
Bobot sampel     = 250 mg
% kadar              = ?
% kadar              =
                           =
=
= 0,912 %.


2.      V.titran               = 48 ml
BE                      = 81,37
N.titran               = 0,05 N
Bobot sampel     = 350 mg
% kadar              =
=
=
= 12,59 %

IV.2  Reaksi
a.         MgSO4         +     2NaOH                 Mg(OH)2     +   Na2SO4
     (serbuk putih)    (bening)            (terjadi endapan putih)
b.        ZnO            +       HCI                  ZnCI         +         OH¯
           (serbuk putih)     (bening)               (tidak terjadi apa – apa)





















IV. 2 Pembahasan
Titasi kompleksometri adalh titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation degan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa kompleks yang tebentuk tergantung dari sifat kation dan ph tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida. Penetapa TAT digunakan indikator logam, yaitu nindikator yang dapat memntuk senyawa kompleks dengan ion logam ikatan kompleks antara ninjdikator dan ion logam harus lebih loemah dari pada ikatan kompleks antara larutan liter dan ion logam.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan erlenmeyer, statif dan klem, corong kaca, buret, tabung reaksi, pipet tetes, neraca analitik, rak tabung, sikat tabung, tisue, kertas saring, dan hotplate sebagai alat sedangkan NaOH, NH4CO3, Mg(OH)2, MgO, NH4CI, NH4OH, C10H14N2O8, C6H8O7, BaCI2, Pb(NO3)2, H2O, HCI, NaHCO3, MgSO4, H2S, CH3COOH. H2SO4, CuSO4.5H2O, K2CrO4, HNO3, dan C6H15N sebagai bahan. Namun pada praktikum kali ini kamu menggunakan bahan yaitu AgNO3 dan NaOH serta ZnO dan HCI juga kertas saringdan amilum.
Pada perlakuan analisis MgSO4 kami menggunakan bahan MgSO4 yang ditambahkan dengan larutan NaOH sehingga terjadi endapan putih. Hal ini sama seperti yang tertera pada literatur. Serta memiliki reaksi sebagai berikut.
MgSO4 + NaOH             Mg (OH)2  +    NaSO4
Untuk data kuantitatifnya kami menggunakan MgSO4 yang ditimbang 250 mg kemudian ditambahkan 100 ml aquades dan tambahkan 1 ml HCI 0,1 N dimasukkan 10 tetes NaOH diukur phnya dengan menggunakan pengukur ph, tambahkan 5 ml dapar amonia agar ph tetap pada yang diinginkan tambahkan indikator hitam kemudian dititrasi menggunakan EDTA serta didapatkan hasil 0,912 % kadarnya.
Pada perlakuan ZnO kami memasukkan serbuk ZnO kedalam tabung reaksi kemudian kami encerkan menggunakan cairan HCI, setelah larut kami panaskan dan terjadi endapan putih. Hal ini tidak seperti yang tertera pada literatur yakni endapan kuning. Hal ini dapat terjadi dikarenakan waktu kelarutan ZnO yang terlalu lama sehingga campuran ZnO dan HCI telah terkontaminas dengan udara disekitarnya. Dan mendapatkan reaksi.
ZnO + HCI         ZnCI   + OH-

Untuk perlakuan  selanjutnya serbuk ZnO diletakkan diatas cawan petri kemudian dibakar, dan tak terjadi apa – apa pada serbuk ZnO hal ini dikarenakan serbuk ZnO yang telah tebuka lama sehingga tidak memenuhi standar percobaan untuk sampel. Untuk kuantitatif kami melakukan perhitungan dengan meninmbang ZnO 150 mg yang kemudian dilarutkan dengan HCI encer dan ditambahkan NaOH. Agar ph larutan ini tetap pada ph yang diinginkan mmaka ditambahkan dapar amonia 5 ml kemudian ditambahkan indikator hitam eriokrom dan dititrasi dengan EDTA serta mendapatkan hasil perhitungan persen kadarnya yakni 12,59 %.














BAB V
PENUTUP

V.1   Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk teregantung dari sifat kation dan ph dari larutan.
2.      Titrasi kompleksometi mengunakan analisis :
v  Analisis MgSO4
Silkan endapan MgSO4 + NaOH menghasilkan endapan putih, hal ini sama seperti yang tertera pada literatur, mendapatkan % kadar 0,912 %.
v Analisis ZnO
ZnO + HCI terjadi endapan putih, setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan pada endapan. Hal ini tidak sama seperti yang tertera pada literatur. Yang seharusnya terjadi adalah endapan kuning. ZnO di bakar tidak terjadi apa – apa. Hal ini tidak seperti yang tertera pada literatur. Yang seharusnya terjadi yakni zat ZnO terbakar, mendapatkan % kadarnya yakni 195,88 %.

V.2   Saran
Disarankan kepada laboran agar alat dan bahan  yang ada di laboratorium agar dilengkapi. Hal ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan efektif.






DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Gholib, Ibnu., dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Jogjakarta
Pujaatmaka, A. Handayana. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta
Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD. Palu